Selasa, 14 Februari 2012

Honorer


Azwar Abubakar. Foto: Mustafa Ramli/Jawa Pos
JAKARTA--Pemerintah dan DPR RI memutuskan akan melakukan verifikasi dan validasi ulang terhadap instansi pusat maupun daerah yang memiliki lebih dari 200 tenaga honorer tertinggal kategori satu.

Langkah serupa juga dilakukan terhadap instansi pemerintah yang data honorernya mendapat laporan pengaduan secara tertulis, baik yang disampaikan kepada presiden, wakil presiden, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB), serta kepada Badan Kepegawaian Nasional (BKN).

“Disinyalir terdapat indikasi rekayasa ataupun manipulasi data tenaga honorer yang disampaikan oleh sejumlah instansi  pemerintah kepada BKN,” ujar Menpan-RB Azwar Abubakar dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR RI, Senin (13/2).

Dalam rapat yang dipimpin Wakil Ketua Komisi II DPR Taufiq Effendi itu, DPR RI juga mendesak pemerintah agar dapat menyelesaikan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pengangkatan honorer menjadi CPNS menjadi PP, paling lambat April 2012 dan selanjutnya dilaporkan kepada Komisi II DPR. U

Untuk itu, Kemenpan-RB bersama Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta BKN diminta segera menyelesaikan dan menuntaskan kegiatan verifikasi dan validasi ulang terhadap tenaga honorer di seluruh instansi pemerintah secara tepat dan akurat.

"Pemerintah harus menyelesaikan RPP Honorer Tertinggal paling lambat April. RPP ini sudah terlalu lama molor," tegas Taufik.

Terkait dengan RPP honorer, Azwar mengatakan, saat ini pihaknya telah menyampaikan kepada Menteri Sekretaris Negara untuk diproses lebih lanjut menjadi PP.

Dalam kesempatan itu, Wakil Kepala BKN Eko Sutrisno mengemukakan, dari 152.130 tenaga honorer kategori I, hampir semuanya telah divalidasi dan diverifikasi. Hasilnya, hingga 31 Desember 2011 sebanyak 72.569 memenuhi kriteria (MK), dan 77.891 orang tidak memenuhi kriteria (TMK).

Sedangkan tenaga honorer kategori II yang telah sampai BKN per 31 Mei 2011 berjumlah 633.824 orang. Jumlah ini mengalami penambahan data kategori I sebanyak 8.956, sehingga jumahnya menjadi 642.780 orang.  Mereka terdiri dari tenaga honorer di instansi pusat sebanyak 84.996 orang, dan di daerah mencapai 577.784 orang.(esy/jpnn)

Kamis, 09 Februari 2012

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL KOMPOSIT DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PENGIKAT DAUR ULANG POLIETILENA KERAPATAN TINGGI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau komposisi bahan dan tidah larut satu dengan yang lainnya (Rowell, 1997). Unsur penyusun suatu  bahan komposit terdiri dari matriks dan penguat (reinforcement). Bagian dominan yang mengisi  komposit diebut dengan matriks sedangkan bagian yang tidak dominan disebut dangan penguat (Humaidi, 1998).
Dewasa ini komposit kayu plastik (Wood-Plastic Composite) adalah salah satu sektor yang paling dinamis dari industri plastik. Material ini terdiri dari campuran serat kayu atau sejenisnya dengan polimer yang bersifat termoplastik seperti polietilena (PE), polipropilena (PP) dan sebagainya. Polimer termoplastik akan lunak bila dipanaskan dan akan mengeras  setelah dingin. Sifat-sifat ini memungkinkan material lain seperti partikel kayu atau sejenisnya dapat bercampur dengan plastik jenis ini membentuk suatu material komposit.
       Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data dari BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan  limbah  plastic pun tidak  terelakkan.
Menurut Hartono (1998) empat jenis sampah  plastik yang populer dan banyak  di produksi yaitu  polietilena (PE), polietilena kerapatan tinggi (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi. Polietilena kerapatan tinggi (HDPE) termasuk salah satu jenis bahan  yang memiliki sifat  padat, keras, kuat dan kedap air, yang sukar terdegradasi secara alamiah, sehingga merupakan penyebab pencemaran lingkungan yang potensial.
Pemanfaatan sampah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie,  2001).
Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,2 % per tahun sedangkan produksi kayu bulat diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian diperkirakan terjadi defisit sebesar 45 juta m3  (Priyono, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu. Beranjak dari kondisi tersebut, telah banyak upaya meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan pengembangan produk-produk inovatif sebagai bahan baku furniture pengganti kayu. Salah satu bahan lignoselulosa  yang tersedia melimpah yang merupakan limbah pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit.
Untuk daerah Sumatera Utara, produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 780.678,80 ton dari areal lahan perkebunan seluas 68.845,87 Ha. (Disbun – Propinsi Sumatera Utara, 2004). Sementara dari berbagai jenis limbah pabrik kelapa sawit, Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah terbesar yaitu sekitar 23%  dari tandan buah  segar (TBS) (Witjaksana, 2006).
Dari data diatas dapat diperkirakan  untuk daerah Sumatera Utara Saja, produksi limbah  tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk tahun 2004 mencapai 179.556,12 ton.  Semakin luas perkebunan kelapa sawit akan diikuti dengan peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa sawit. Jumlah ini merupakan bahan baku yang sangat potensial untuk pembuatan  panel komposit. Pemakaian  papan partikel komposit  terutama untuk perabotan rumah (furniture) yang banyak digunakan  masyarakat kita seperti produk Olympic, Ligna dan yang lainya, pada umumnya merupakan  panel komposit dari serbuk kayu dan sejenisnya dengan perekat yang larut dalam air, sehingga  untuk masyarakat yang tinggal didaerah pesisir, daerah  yang rawan banjir atau di daerah dengan kelembaban  yang tinggi, produk tersebut mudah rusak  kerena daya resap air yang tinggi.
Pembuatan papan partikel komposit dengan menggunakan matriks dari plastik yang telah didaur ulang, selain dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu kerana dapat digantikan serat lain, juga dapat mengurangi pembebanan lingkungan terhadap limbah plastik disamping menghasilkan produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu. Keunggulan produk ini antara lain : biaya produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih bersifat biodegradable (dibanding plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya, dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, serta bersifat dapat didaur ulang (Febrianto, 1999).
Papan partikel komposit yang terbuat dari bahan kayu (serat ) dan plastik  terutama digunakan  pada pemakaian luar ruangan (out door) seperti kursi taman, dek (geladak kapal) dan juga dapat digunakan pada pemakaian  dalam ruangan (in door) seperti produk  mebel (lemari, meja, kursi). Keuntungan dari komposit kayu plastik dibanding dengan kayu alam adalah konsisten dan bentuknya seragam, tidak lapuk dan tidak dimakan  serangga, tidak menyerap air  dan tidak  memerlukan  pengecatan secara periodik.  (Wichsler  A., dkk, 2007).
Dari semua persoalan diatas maka dicari suatu alternatif  pembuatan papan partikel komposit kayu plastik  yang  memiliki  kekuatan mekanik baik, tidak menyerap air, bahan baku berlimpah dan  mudah didapatkan, tidak mahal serta ramah lingkungan. Pemilihan serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) karena  dibanding filler anorganik yang biasa ( CaCO3) harganya lebih murah, tidak menggunakan perekat dan tidak memakai pelarut.  Hanya saja yang menjadi persoalan,  percampuran polietilena kerapatan tinggi (HDPE) hasil daur ulang dengan serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki daya adhesi yang lemah, disebabkan karena serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) tidak bercampur baik dengan Polietilena kerapatan tinggi (HDPE) hasil daur ulang, karena sifatnya yang bertolak belakang dimana, serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) bersifat hidrofilik (menyarap air) sedangkan Polietilena kerapatan tinggi (HDPE) bersifat hidrofobik (menolak air). Sehingga untuk meningkatkan daya adhesinya diperlukan suatu  zat aditif (tambahan) yang  berfungsi  sebagai compatibilizer, yaitu  maleat  anhibrida - polietilena kerapatan tinggi (HDPE) dan  benzoil ferroksida .

1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka masalah  dalam  penelitian  ini dirumuskan sebagai berikut :
Berapakah persentase berat serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan sampah plastik Polietilena kerapatan tinggi (HDPE)  hasil daur ulang  yang menghasilkan papan partikel komposit dengan sifat fisik dan  mekanik  yang optimal ?

1.3. Pembatasan  Masalah
Dalam  penelitian  ini  permasalahan  dibatasi  pada :
1.    Papan partikel komposit yang dibuat  menggunakan  Polietilena kerapatan tinggi (HDPE) hasil daur ulang sebagai matriks dan serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai filler.
2.    Jenis Polietilena kerapatan tinggi (HDPE)  yang digunakan  adalah  jenis  polietilena kerapatan tinggi (HDPE)  hasil sekali daur ulang (recycle).
3.    Susunan serat  tandan kosong kelapa sawit (TKKS) berupa susunan acak.
4.    Ukuran serat  tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang dipakai  ± 2 mm.
5.    Ukuran ketebalan papan partikel  komposit yang dibuat adalah 10 mm.
6.    Variasi persentase  berat  serat  tandan kosong kelapa sawit (TKKS) didalam  matriks  adalah  30%, 40%, 50%, 60%, 70%.
7.    Pengujian sifat fisik berupa uji kerapatan, uji daya serap air dan uji pengembangan tebal. Sementara sifat mekanik berupa uji kuat patah (MOR) dan kuat lentur (MOE), uji kuat impak, uji kuat rekat internal dan uji kuat pegang sekrup.

1.4. Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini  adalah :
Mengetahui  persentase berat serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan sampah plastik polietilena kerapatan tinggi (HDPE) daur ulang  yang menghasilkan papan pertikel komposit dengan sifat fisik dan mekanik  yang optimal.

1.5. Manfaat Penelitaian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Memberi informasi tentang persentase berat serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan sampah plastik Polietilena kerapatan tinggi (HDPE) daur ulang  yang menghasilkan papan partikel komposit dengan sifat  fisik dan mekanik  yang optimal.
2.      Mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat sampah plastik yang tidak terdegradasi oleh lingkungan secara alamiah.
3.      Memberikan  nilai tambah  pemanfaatan  limbah  pabrik  kelapa  sawit, terutama limbah padatnya.
4.      Mengurangi  kebutuhan kayu hutan sebagai bahan baku papan partikel sehingga membantu  menurunkan tingkat kerusakan hutan.
5.      Mendapatkan   papan  partikel  komposit  yang  kuat, tahan air  dan  tidak  mahal.